Untuk mereka,
yang mengisi hampir 7/10 dari hidupku.
Yang menciptakan corak, laksana saya sebuah kanvas.
Yang tergelak, dalam setiap gelagat dan tutur.
Yang memberikan alasan untuk hidup.
Yang memberikan alasan untuk hidup.
Yang berfungsi sebagai stimulan, menciptakan angan akan negeri mimpi.
Hingga terdorong dirinya untuk menyusun rangka kehidupan yang sempurna, dikala dunia kian absurd.
Mempercayai dunia boleh buruk, asal kita tetap lurus.
Menyontoh norma satu sama lain, kebaikan masih ada.
Yang menorehkan luka atas kenyataan yang terbelokkan.
Menyisakan kerancuan akan apa yang masuk diakal.
Ingin pergi memandang hina, tapi kenangan memupuk sayang.
Yang tanpa niat mengajarkan menerima fakta yang sengit.
Namun, itu yang nyata. Yang pilu, yang bengis, yang bukan lurus.
Namun, itu yang nyata. Yang pilu, yang bengis, yang bukan lurus.
Memandang sebelah mata pada saat itu, namun dibujuk oleh waktu, kembali untuk membentangkan tangan.
Dalam 7/10 hidup kami belajar, menerima, mengasihi demi jiwa yang berkembang.
Ucap syukur atas pertemuan yang telah diaturnya.
Maka sekarang, pergilah berperai-perai kami.
Melanglang, berkelana di setapak kami sendiri.
Hingga kami dipertemukan kembali, ceritakan pengembaraanmu.
Tentang hidup yang bercerai, yang mengutus kami untuk berperai-perai, memiliki ceritanya masing-masing.
Untuk menarik hidup satu persatu biar kembali, menciptakan kesatuan cerita.
Tidak ada Moko, melihat pemandangan bintang artifisial dari Warung Sitinggil bersama kawan pun sempurna <3 nbsp="">3> |
Tidur dilatarbelakangi pemandangan kota Bandung |
Dinner |
Selalu masalah sama muka Ayie |
Kurang Moko dan Kawah putih akibat kelebihan masa pada mobil nisa yang berkapasitas 5 orang, namun kami ngeyel penuhi dengan 7 orang. Menantikan lain kali.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar