Ingin berbicara dengan mu tentang langit
atau malam. Mungkin juga langit malam. Tentang bintang dan
kemungkinan-kemungkinan semesta. Dunia paralel, penjelajah waktu, sang
agung Galaksi Bimasakti, atau mungkin Planetarium di Cikini. Sambil duduk
bersila atau memeluk lutut, meringkuk, menengadahkan kepala ke angkasa, di
bawah milyaran bintang. Lalu kita berjeda hanya menatap angkasa, memandang
lekat-lekat terpana oleh langit. Berbicara melalui jeda dan hening. Tanpa kata, namun lebih banyak makna. Bicara tentang dunia paralel, boleh jadi aku dan kamu berparalel dalam satu dimensi, berbeda wujud namun satu pengalaman, satu rasa. Satu tujuan.
Ingin menikmati layang-layang terbang di langit sore
bersamamu di pekarangan rumahku. Rebahan. Kita gelar karpet, sambil
menunjuk-nunjuk layangan paling tinggi. Kadang bicara tentang angin atau betapa
kita sama-sama suka senja. Dan bagaimana kamu juga ikut mengagumi pohon paling
tinggi di belakang rumahku. Aku suka ranting-rantingnya menjulang tinggi tampak kokoh. Kamu suka bagaimana mereka merona jingga terpancar oleh matahari sore. Sampai akhirnya matahari mulai tenggelam bulan sabit mulai muncul lalu kita
masuk ke dalam rumah.
Aku ingin berbicara denganmu tentang kabut putih di kaki gunung, sebelum sang surya muncul dari balik bukit. Tentang gigil dingin yang membuat gigi terkatup. Atau bagaimana cahaya fajar yang menyingsing perlahan membias terdistorsi oleh kabut. Aku suka panas fajar yang menjalar menghangatkan tubuhku. Kamu suka pancar fajar yang menerangi punggungku. Lalu aku dan kamu sama-sama terdiam memejamkan mata. Hanya sekedar untuk mencoba menyatu. Dengan pagi.
05.07.15
Tidak ada komentar:
Posting Komentar