Tolak ukur aku telah menyelesaikan,
dan memulai kembali.
Bukan lari,
lalu sembunyi.
Di balik kasih lain,
yang berujung jadi mengemis.
Mungkin kamu angin segar,
di tengah transisi rasa.
Dalam proses mengenal yang Ilahi.
Antasari, 2 Sept 2018
9. Kamu.
Pantulan dari segala sifat buruk diri.
Sebagian alasan dari resistensi ritualku.
Perwujudan dari penolakanku terhadap Kasih.
Kamu berakhir pada:
Redefinisi makna ritual.
Pembelajaran dalam menerima Kasih.
Kamu.
Sebuah pencarian terhadap makna, yang akhirnya ditemukan.
Tanpa
Kamu.
Cinere, 5 Juni 2018
#KontemplasiDiAtasSepedah
8. Dan Jiwa di ujung Utara sana resah,
dengan pemikiran wanita kota.
Sedang semua kesan itu,
Salah.
7. Kamu pelepas gelak membahanaku.
Rangsangan Endorfin.
Charger energiku.
Yang cerdik merangkum sarkasme menjadi lelucon.
Dalam setiap celetukkan sinismu,
aku tenggelam dalam lautan tawa.
Lupa semua.
-Setiap Pertemuan. Sept, 2014
6. dan kepada anjing
yang berdiam kehilangan arah....
Aku mengerti penantian
dan arti sabar.
5. Di dalam kesucian
aku mengimani takdir.
Serta pertemuan-pertemuan
yang telah digariskan.
4. Dalam angin yang berhembus,
aku memahami keterbukaan
dan teori akan pengalaman-pengalaman
yang menembus batas normaku.
3. Dengan keterpurukkan
aku mengarifi
dan memahami.
2. Di dalam pengembaraan,
aku menyicipi daya
dan kekuatan.
1. Kepada Gula Aren,
aku mempelajari bahwa;
keajabain berwujud.
Melalui tiap doa
yang dihaturkan
dalam setiap sujud terakhir.
aku mempelajari bahwa;
keajabain berwujud.
Melalui tiap doa
yang dihaturkan
dalam setiap sujud terakhir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar